- Home »
- Mahasiswa UMM, Lesson or Fashion? Antara Gaya Hidup Dan Kewajiban Dalam Menghadapi Tantangan Masa Depan
Mahasiswa UMM, Lesson or Fashion? Antara Gaya Hidup Dan Kewajiban Dalam Menghadapi Tantangan Masa Depan
Unknown
On Kamis, 19 Februari 2015
Mahasiswa UMM, Lesson or Fashion?
Antara Gaya Hidup Dan Kewajiban Dalam
Menghadapi Tantangan Masa Depan.
Oleh:
Eko Prasetyo Utomo : 201410070311006
Facischa Ayu Irviandari : 201410070311008
Nita Paroasi Akbar : 201410070311020
Astika Dwi Lorossae : 201410070311023
Maya Marisa : 201410070311033
Lina Kumalasari : 201410070311043
Pesatnya perkembangan jaman dewasa ini menuntut kita
untuk selalu berkembang dan meng-update
informasi-informasi terkini. Panasnya era globalisasi sendiri juga mendorong
kegerahan manusia untuk mengikuti seluruh perkembangannya.”Siapa yang tidak mengikutinya, maka ia akan terkubur ditelan jaman”
begitulah kiranya panasnya era globalisasi masa kini. Perkembangan tersebut
kini telah menguasai hampir seluruh sisi kehidupan umat manusia, dan salah
satunya adalah fashion.
Fashion merupakan suatu mode yang
diimplikasikan pada gaya hidup seseorang, seperti cara berpakaian, berdandan,
mengenakan aksesoris dan lain-lain. Fashion
juga merupakan salah satu sarana pemuas rohani manusia. Oleh karena itu,
tak salah jika fashion dewasa ini
dapat dikategorikan dalam self primary
needs, atau kebutuhan primer manusia. Namun akan menjadi sebuah pertanyaan
jika fashion tersebut dikaitkan
dengan mahasiswa.
Mahasiswa merupakan suatu gelar yang disematkan
kepada seseorang yang tengah menuntut ilmu pada jenjang perguruan tinggi.
Mahasiswa juga merupakan tahap pencarian jati diri, tujuan hidup dan
penyesuaian diri dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, mahasiswa juga
memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap perkembangan dan kemajuan
bangsa. Oleh karena itu, sering sekali dilaungkan anggapan bahwa mahasiswa
merupakan the agent of change (agen
perubahan), the agent of control (agen
kendali) dan the leader of tomorrow (pemimpin
masa depan).
Fashion dikalangan mahasiswa kini kerap menjadi
salah satu perbincangan dan menjadi mainstream
dewasa ini. Hal ini tentu dikaitkan dengan hedonic behaviour (perilaku hedonis) dan pengesampingan tugas
belajar. Betapa tidak. Telah banyak anggapan yang mengatakan bahwa mahasiswa
kini lebih sering ke pusat perbelanjaan daripada ke perpustakaan dan lebih
mementingkan fashion daripada lesson. Hal ini tentu menjadi
permasalahan besar mengingat begitu pentingnya peranan mahasiswa dalam
membangun Negara ini. Dan dari sini penulis mencoba mencari tahu tentang
seberapa jauh permasalahan ini terjadi pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Malang.
Penulis mencoba membagikan kertas pernyataan kepada
89 mahasiswa lintas jurusan yang berisi 17 pernyataan tentang pendapat mereka
mengenai fashion dikalangan
mahasiswa. Hasilnya, 42 orang atau sekitar 47,19% mahasiswa menyatakan netral
atas pernyataan tentang penting tidaknya fashion
bagi mahasiswa. Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan mahasiswa tersebut
masih dapat menyeimbangkan dan menyesuaikan fashion
dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dan ketika menjawab pernyataan tentang
anggapan bahwa mahasiswa kini lebih mementingkan fashion daripada belajarnya, 46 orang atau sekitar 51,69% mahasiswa
setuju akan hal itu. Hal ini berarti telah ada kesadaran bahwa kebiasaan buruk
itu memang ada dan tidak dapat dipungkiri lagi. Hal ini menjadi salah satu
nilai positif karena dari kesadaran itu akan muncul suatu sikap tersendiri
tentang bagaimana harus menyikapi permasalahan tersebut.
Kemudian, sebanyak 73 orang atau sekitar 82,07%
mahasiswa menyatakan bahwa kuliah sangat penting untuk berpakaian rapi, dan 64
orang atau sekitar 71,91% mahasiswa menyatakan bahwa penampilan hanya penunjang
saja, yang terutama adalah bagaimana untuk mendapatkan nilai yang baik. Hal ini
sangat menggembirakan melihat bahwasanya walaupun berada ditengah padat dan
modisnya kota Malang, para mahasiswa UMM masih sadar akan apa tujuan sebenarnya
mereka kuliah. Bahwa kuliah adalah untuk menjadi sosok pribadi yang lebih baik
dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, instansi, bangsa, Negara dan yang
paling penting adalah agama.
Menurut Hikmah Ramadhany W. (Ketua HMJ Himabio FKIP
UMM periode 2014/2015), fashion
merupakan pencitraan diri seseorang. “Ajine
diri soko lati, ajine rogo soko busono” begitu tuturnya. Dalam peribahasa
Jawa, tuturan itu bermakna bahwa kepribadian seseorang itu dapat dilihat dari
bagaimana ia berbicara dan bagaimana ia berpakaian. Tak berbeda dengan Jorgi
Kassandra (Ketua BEM FKIP periode 2014/2015) yang mengatakan bahwa fashion itu sangat penting mengingat
kehidupan seseorang itu dilihat dari penampilannya.
Agama Islam sendiri pun telah mengenal fashion sejak awal masa syiarnya dahulu.
Dimana Islam sangat menjaga dan mengatur penampilan setiap umatnya dengan
sangat baik dan ketat. Bagaimana seharusnya kita berpakaian, dengan menutup
aurat dan tidak menampilkan perhiasan secara berlebihan. Memang Islam terkesan
sedikit memaksa dan terlalu kaku. Namun ketahuilah hal itu ada untuk menjaga
dan memelihara kita. Karena Islam tidak pernah menyulitkan umatnya, akan tetapi
justru menolong umatnya. Selama kita percaya dan yakin akan hal itu, maka hidup
akan tenteram dan damai.
“Jadilah mahasiswa yang
mampu mengenali situasi dan kondisi. Ada kalanya kita harus menahan diri dan
memikirkan hal yang lebih penting. Fashion itu perlu, tetapi akademik juga
penting. Dan sekarang bagaimana kita harus menyeimbangkannya. Juga perkembangan
jaman dan nilai-nilai agama Islam harus seiring sejalan. Artinya kita harus
mengikuti perkembangan jaman termasuk fashion agar kita tidak tertinggal, namun
akhlak agama juga jangan sampai ditinggalkan agar kita tidak tersesat” begitulah kira-kira tutur Jorgi
Kassandra yang mengajak agar setiap mahasiswa mampu menyeimbangkan setiap aspek
dalam kehidupannya.
Maka dari itu melalui artikel ini, penulis hendak
mengajak kepada setiap orang terutama mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
untuk senantiasa mawas diri dan sadar akan setiap perbuatan yang dilakukan.
Layaknya mata uang yang memiliki 2 sisi, setiap hal pasti memiliki dampak
positif dan negatif. Dan sekarang pertanyaannya adalah bagaimana kita mampu
menjaga dampak positif dan menghilangkan dampak negatif dari apapun yang kita
lakukan, termasuk dalam hal fashion. Sedikit pesan dari Hikmah Ramadhany untuk
kita semua, “Sadari siapa kita. Ingatlah
uang siapa yang kita gunakan. Seimbangkan antara keinginan dengan kemampuan
kita dan orang tua. Alangkah baiknya jika keinginan kita itu, kita penuhi
dengan usaha sendiri, minimal dengan menyisihkan uang saku kita sehari-hari.
Karena secara tidak langsung dengan demikian kita sudah meringankan beban orang
tua kita”.
Tantangan terbesar kita sebagai mahasiswa adalah
bagaimana kita mampu membawa Negara kita tercinta menuju gerbang kemakmuran dan
kesejahteraan. Jangan anggap ringan gelar “Mahasiswa”. Kita memiliki tanggung
jawab dan tugas mulia yang menanti kita dimasa depan. Seperti halnya Presiden
RI, Jokowi pernah berkata “Kalau bukan
kita, siapa lagi? Kalau tidak sekarang, kapan lagi?”
Menjadi cantik adalah
hak setiap orang. Akan tetapi jangan sampai kecantikan itu membuat kita lupa
akan arti kecantikan yang sesungguhnya. Just be yourself and inner beauty is
more important than outer beauty”
(BIOTA UMM – Biologi 1A)
Posting Komentar