- Home »
- E-learning, Rancangan Pendidikan Abad 21
Unknown
On Kamis, 19 Februari 2015
E-learning, Rancangan Pendidikan Abad 21
Image by Google |
E-learning adalah
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet)
untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Adapula yang
menafsirkan e-learning
sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. E-learning
sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui
perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan
kebutuhannya. Perbedaan pembelajaran
tradisional dengan e-learning
yaitu kelas ‘tradisional’, pendidik dianggap sebagai orang yang serba tahu dan
ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan
kepada siswanya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-learning’ fokus
utamanya adalah siswa/peserta didik. Peserta
didik belajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk
pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan ‘memaksa’ peserta didik memainkan peranan yang lebih
aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik membuat
perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri. Khoe Yao Tung
(2000), mengatakan bahwa setelah kehadiran pendidik/guru dalam arti sebenarnya,
internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil
pendidik/guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.Cisco (2001),
menjelaskan filosofis e-learning
sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan
penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua,
e-learning
menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM,
dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalisasi. Ketiga, e-learning tidak
berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui
pengayaan content
dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas peserta didik
amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik
keselarasan antar content
dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas peserta
didik yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Sedangkan Karakteristik e-learning,
antara lain. Pertama, Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana
pendidik dan peserta didik, peserta didik dan sesama peserta didik atau
pendidik dan sesama pendidik dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan
tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. Kedua, Memanfaatkan
keunggulan komputer (digital media dan computer networks). Ketiga, Menggunakan
bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh pendidik dan peserta didik kapan saja dan di mana
saja bila yang bersangkutan memerlukannya. Keempat, Memanfaatkan jadwal
pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan
dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer. Untuk
dapat menghasilkan e-learning
yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang
wajib dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu:
sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta
didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada
panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu
sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar
itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti
layaknya seorang pendidik yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas.
Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan
kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan
membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap
keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh
guru atau pengelola.
Pengembangan
model e-learning
menurut pendapat Haughey (1998), ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran
berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web
enhanced course. Web Course adalah
penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan
pendidik sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh
materi/bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan
pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain
model ini menggunakan sistem jarak jauh. Web Centric Course adalah
penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka
(konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi
melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pendidik bisa
memberikan petunjuk pada peserta didik untuk peserta didik materi perkuliahan
melalui web yang telah dibuatnya. Peserta didik juga diberikan arahan untuk
mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta
didik dan pendidik lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah
dipeserta didiki melalui internet tersebut. Web Enhanced Course adalah
pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang
dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan
komunikasi antara peserta didik dengan pendidik, sesama peserta didik, anggota
kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran
pendidik dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi
di internet, membimbing peserta didik mencari dan menemukan situs-situs yang
relevan dengan bahan perkuliahan, menyajikan materi melalui web yang menarik
dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan
lain yang diperlukan (Diolah
dari berbagai sumber).
Posting Komentar